Jatuh Cinta Ketika Telah Ada Cinta
Ketika kata tak mampu lagi mengungkapkan riuh yang ada di dalam kepala. Ketika sesuatu bernama logika tak lagi setia menemani hati sehingga ia berjalan sendiri mengikuti alur yang diinginkannya. Menjadikannya lupa akan sebuah status berjudul tanggung jawab yang kini hanya berupa lelah yang dipaksa untuk berlanjut. Padahal yang tak nampak adalah redup, redup, lalu padam. Apakah tubuh mampu berdiri jika hanya ada satu kaki? Meskipun ia memaksa tegak, semua akan tahu bahwa tubuh itu timpang dan tidak utuh.
Lalu ke mana perginya semua manis yang pernah tertangkap dalam genggaman jemari? Apakah ini cuma selembar fatamorgana yang akan selalu nampak indah dari kejauhan namun musnah dengan segera ketika telah berada dalam jangkauan? Atau ini hanya sepuluh menit lagu cinta yang seketika akan terhenti setelah satu tombol off ditekan? Ataukah ini seperti sederet pin yang tertata rapi kemudian dalam hitungan detik jatuh terguling hanya karena satu lemparan strike? Cuma satu lemparan yang tepat sasaran: sebaris kata cinta melenakan yang mengesampingkan segala status maupun tetek-bengek yang bermuara pada sebuah borgol berlabel kewajiban.
Lalu sekarang apa? Karena maaf dan air mata kini cuma sekedar kamuflase picisan yang senantiasa dijadikan tameng pendamping alibi. Adakah sesuatu yang lebih tepat untuk menceritakan apa yang tengah membuatku galau? Karena kata tak lagi mampu mengungkapkan riuh yang ada di dalam kepala.
<< Home